Thursday, October 13, 2016

Teknologi New Media : 3 Dimensi

Digital Cinema 3 Dimensi


        Dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan komputer yang ada, industry perfilman pun semakin menonjol dan menciptakan berbagai inovasi. Bermula hanya dari gambar hitam putih tanpa suara hingga berkembang menjadi film 2 dimensi (2D), 3 dimensi (3D), 4 Dimensi (4D) dan bahkan sekarang sudah mulai populer film 5 dimensi (5D). meskipun yang 4D dan 5D saya sendiri belum pernah melihatnya secara langsung. hehe :D

        Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia mengenai film berformat 3D ini, karena format ini mengharuskan kita menggunakan kacamata 3D. Dan film-film tersebut juga memiliki efek nyata, yaitu efek gambar yang  keluar dari layar, dan hanya bisa terlihat jika kita menggunakan kacamata 3D ini.


Pengertian Tiga Dimensi (3D)

        Dalam pengertian seni rupa, sebuah karya 3 dimensi merupakan suatu karya yang tidak hanya dibatasi oleh sisi panjang dan lebar, tetapi juga menampilkan kedalaman, atau dapat dikatakan memiliki ruang. Dalam perfilman, film 3 dimensi memberikan pengalaman menonton film yang seolah nyata, di mana gambar yang ditayangkan seolah berada di luar layar. Dalam penyajiannya, biasanya penonton membutuhkan sebuah kacamata khusus dengan lensa berwarna merah dan
 biru. Warna merah di sebelah kiri dan biru di sebelah kanan. 

Kelemahan film 3 dimensi adalah jika menontonnya di bioskop, gambar yang ditayangkan akan terlihat buram dan tidak jelas jika tidak menggunakan kacamata. Penggunaan kacamata tidak selalu nyaman, terlebih bagi orang-orang yang memang membutuhkan kacamata untuk membantu penglihatan mereka.

Cara Kerja Kacamata Tiga Dimensi (3D)

        Di bioskop, alasan mengapa memakai kacamata 3-D adalah untuk memberi hasil gambar yang berbeda ke mata kita. Layar benar-benar menampilkan dua gambar, dan kacamata 3D menyebabkan salah satu gambar masuk ke satu mata dan gambar yang lain untuk masuk ke mata lainnya. 
        Kacamata 3D dapat dibagi menjadi dua kategori: pasif dan aktif.  3D glasses aktif berinteraksi secara nirkabel dengan gambar pada layar untuk meningkatkan tampilan 3D, sedangkan kacamata pasif tidak. Kacamata 3D pasif dibagi menjadi dua subkategori utama: anaglyphic dan kacamata terpolarisasi.
Jika Masih bingung, Kita Lihat Video berikut ini mengenai Perbedaan Kacamata TigaDimensi yang Aktif dan untuk yang Pasif dari LG Elektronik. :


Sistem Warna (Anaglyph): Merah / Hijau atau Merah / Biru

        Sistem merah / hijau atau merah / biru sekarang terutama digunakan untuk televisi efek 3D, dan digunakan di banyak film 3D. Dalam sistem ini, dua gambar yang ditampilkan pada layar, satu merah dan lainnya dengan warna biru (atau hijau). Filter pada kacamata hanya mengizinkan satu gambar untuk masuk ke setiap mata, dan otak kita melakukan sisanya.

Di layar, dua gambar didominasi merah dan hijau/biru diproyeksikan dengan menggunakan proyektor tunggal. Penonton diberi kacamata 3D dengan satu lensa merah dan biru atau hijau lainnya tergantung pada warna film. Bagian merah dari gambar terhalang oleh lensa hijau dan sebaliknya. Ini memungkinkan dua retina untuk membentuk dua gambar yang berbeda dan karenanya ilusi optik kedalaman diciptakan.

Namun, warna penyaringan oleh lensa terdistorsi warna akhir dan banyak di antara penonton menonton film 3-D mengeluh sakit kepala dan mual. Kualitas gambar juga rendah tidak sebagus sistem Polarisasi yang digunakan di era modern ini.

Kacamata Tiga Dimensi (3D) Sistem Polarisasi

Di Disney World, Universal Studios, dan tempat 3D lainnya seperti di Bioskop Indonesia yang Mumpuni fasilitasnya, metode yang disukai dan paling populer adalah dengan menggunakan lensa terpolarisasi karena memungkinkan melihat warna secara jelas. Dua proyektor disinkronkan pada proyek dua pandangan masing-masing ke layar, masing-masing dengan polarisasi yang berbeda. Kacamata hanya mengizinkan salah satu gambar ke setiap mata karena mengandung lensa dengan polarisasi yang berbeda.

Kacamata terpolarisasi pasif beroperasi atas dasar yang sama seperti kacamata anaglyph, hanya saja kacamata ini lebih kepada menyaring gelombang cahaya daripada warna. Satu lagi, dua gambar yang identik dan sedikit tumpang tindih, kecuali dalam hal ini setiap gambar terpolarisasi untuk memproyeksikan cahaya yang berbeda dari yang lain.  Dengan kacamata 3D terpolarisasi, setiap mata hanya memproses satu gambar. sehingga pikiran kita tertipu untuk memadukan dua gambar menjadi satu, menciptakan pengalaman menakjubkan 3D. Berbeda dengan 3D anaglyphic, yang dapat diproyeksikan dari layar manapun, 3D polarisasi bekerja lebih baik dengan layar yang dapat menyampaikan frekuensi cahaya berbeda tanpa mengorbankan kualitas gambar.



Nah, Sekian Post blog kali ini yang membahas tentang Tiga Dimensi. smoga bisa menambah ilmu dan pengetahuan kalian tentang Tiga dimensi.
Referensi Penulisan :
howstuffworks.com
wikipedia.com 
modern5d.com/3d-movies-work


EmoticonEmoticon